21 April (Reuters) – Saham Freeport-McMoRan Inc (FCX.N) turun lebih dari 7% pada hari Kamis setelah raksasa pertambangan ini memangkas proyeksi tembaga tahun 2022 dan 2023 karena tantangan ekspansi di Indonesia yang mencoba untuk memenuhi lonjakan permintaan global untuk logam merah.
Perusahaan, yang juga melaporkan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan, mengatakan bahwa penjualan tembaganya akan turun 1% pada tahun ini dan tahun depan karena “perubahan geologi dan kondisi lainnya” yang diperkirakan akan memperlambat ekspansinya di tambang tembaga Grasberg, Indonesia, dari tahun 2023 hingga 2025.
Perusahaan juga menyebutkan adanya penundaan terkait pandemi pada awal tahun ini di tambang-tambangnya di AS.
Meskipun Freeport memberikan pandangan optimis untuk harga tembaga jangka panjang, penundaan ini membuat para investor yang bertaruh pada peningkatan penggunaan tembaga pada kendaraan listrik, panel surya, dan teknologi lain yang membantu mengurangi emisi global menjadi khawatir.
“Sangat, sangat menantang untuk mengembangkan pasokan baru” tembaga, kata Presiden Kathleen Quirk kepada para investor.
Meskipun produksi tembaga Freeport telah meningkat dalam dua tahun terakhir, “tidak lazim dalam industri kami untuk melihat pertumbuhan seperti itu… dan itulah yang mendasari prospek fundamental,” tambah Quirk.
Freeport yang berbasis di Phoenix melaporkan laba bersih untuk kuartal yang berakhir pada tanggal 31 Maret sebesar $1,57 milyar, atau $1,04 per lembar saham, dibandingkan dengan $718 juta, atau 48 sen per lembar saham, pada kuartal yang lalu.
Tidak termasuk item-item yang bersifat one-time, Freeport memperoleh $1,07 per saham. Dengan ukuran tersebut, para analis memperkirakan laba 94 sen per saham, menurut data IBES dari Refinitiv.
Harga realisasi rata-rata yang diterima Freeport untuk logam merah tersebut naik lebih dari 18% menjadi 4,66 dolar AS per pon pada kuartal pertama, sementara produksi kuartalan naik menjadi 1,01 miliar pon, atau naik lebih dari 10% dari tahun sebelumnya.
Di Peru, Adkerson mengatakan bahwa ia ingin memiliki lebih banyak lagi tambang Cerro Verde, yang dioperasikan oleh Freeport. Sumitomo Metal Mining Co (5713.T) memiliki sekitar 44% saham di tambang tersebut.