Freeport tandatangani kesepakatan smelter baru, batalkan rencana dengan Tsingshan

Raksasa pertambangan emas dan tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menandatangani kontrak senilai US$3 miliar untuk membangun smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, yang mengakhiri ketidakpastian yang telah berlangsung selama satu tahun mengenai rencana hilirisasi perusahaan tambang tersebut.

Freeport Indonesia menulis dalam sebuah pernyataan pada tanggal 15 Juli bahwa mereka telah menandatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) dengan PT Chiyoda International Indonesia (PTCII) yang dikendalikan oleh Jepang untuk mengembangkan smelter di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.

Smelter Manyar akan memproduksi katoda tembaga – salah satu bahan utama yang digunakan dalam baterai dan kabel listrik – dari konsentrat yang dipasok dari tambang Grasberg milik Freeport Indonesia di Papua, salah satu tambang tembaga dan emas terbesar di dunia. Smelter ini akan memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.


Penandatanganan kontrak ini menunjukkan komitmen PTFI untuk membangun smelter sesuai dengan kesepakatan divestasi tahun 2018,” ujar Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dalam pernyataannya.

PTFI diharapkan dapat mengembangkan smelter logam sebagai salah satu syarat untuk memperpanjang izin penambangan di tambang Grasberg. Perusahaan tambang tersebut juga harus mendivestasikan sahamnya kepada pemerintah melalui perusahaan tambang milik negara, MIND ID.

Penandatanganan kontrak antara PTFI dan PTCII menandai berakhirnya rencana antara Freeport dan Tsingshan Holding Group asal China untuk membangun smelter di Teluk Weda, Maluku Utara, yang terungkap akhir tahun lalu.


“Freeport tidak mencapai kesepakatan dengan Tsingshan untuk membangun smelter,” kata juru bicara PTFI Riza Pratama seperti yang dilansir dari Kontan.co.id.

Ia menambahkan bahwa smelter Manyar telah selesai dibangun sebesar 7% pada bulan Juni. Pengembang telah menyelesaikan desain teknik fasilitas dan menyiapkan lahan untuk konstruksi. “Penandatanganan kontrak ini menandai komitmen PT Chiyoda International Indonesia untuk memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara Indonesia. Kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan proyek ini selesai tepat waktu,” ujar direktur PTCII, Naoto Tachibana.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap proyek ini akan selesai pada tahun 2023, namun PTFI sebelumnya mengatakan bahwa mereka memperkirakan adanya penundaan karena pembatasan mobilitas di tengah pandemi.


Kementerian Energi mendorong percepatan proyek ini dan akan terus bekerja sama dengan PTFI untuk memastikan proyek ini selesai tepat waktu,” ujar direktur jenderal pertambangan kementerian tersebut, Ridwan Djamaluddin, dalam pernyataannya.

Permintaan baterai diperkirakan akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya konsumen yang beralih ke kendaraan listrik (EV) selama dekade mendatang, menurut laporan tahun 2017 dari asosiasi perdagangan internasional International Copper Association (ICA).

Laporan tersebut memperkirakan 27 juta mobil listrik akan berada di jalan pada tahun 2027, naik dari 3 juta pada tahun 2017. Hal ini akan meningkatkan permintaan tembaga untuk produksi EV dari 185.000 ton pada tahun 2017 menjadi 1,74 juta ton pada tahun 2027.