Indonesia berencana untuk “mengerem” ekspor semua komoditi mentah dalam usaha menarik investasi di bidang pengolahan sumber daya di dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja, Presiden Joko Widodo mengatakan pada hari Selasa.
Indonesia telah melarang sejumlah ekspor bijih yang belum diolah termasuk nikel, timah dan tembaga dalam upaya untuk mendorong industri hilir, termasuk memproduksi baterai untuk kendaraan listrik dan industri aluminium.
Pemerintah saat ini sedang melakukan studi untuk hilirisasi komoditas lain dengan tujuan jangka panjang untuk tidak lagi hanya menjual bahan mentah, kata presiden, yang populer dengan sebutan Jokowi, dalam sebuah wawancara di desa Bebatu di pulau Kalimantan.
Sebuah kebijakan baru diharapkan akan muncul tahun depan, katanya.
“Jangan kaget. Kita sudah pernah melakukan (pelarangan ekspor) nikel sebelumnya. Tahun depan mungkin bauksit, tahun depannya lagi mungkin ada yang lain,” kata Jokowi.
Berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini, Indonesia akan melarang pengiriman bauksit pada tahun 2023.
“Kami benar-benar ingin mengerem ekspor bahan mentah karena tidak ada nilai tambah dan tidak menciptakan lapangan kerja,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa kebijakan ini akan berdampak pada “semua komoditas.”
Penghentian ekspor minyak sawit yang belum diolah sedang dipertimbangkan, ujarnya, meskipun ia menolak untuk memberikan perkiraan kapan kebijakan tersebut dapat dikeluarkan.
Ia mengatakan minggu lalu bahwa Indonesia tidak akan lagi mengekspor minyak nabati dalam bentuk mentah di masa depan, dan lebih memilih produk olahan seperti kosmetik, margarin, dan biodiesel.
Indonesia adalah pengekspor minyak kelapa sawit, batu bara termal, dan timah terbesar di dunia. Negara ini juga merupakan pengekspor utama karet dan tembaga, antara lain.
Dari 34 juta ton ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2020, 21% di antaranya adalah dalam bentuk minyak mentah.