Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi ibu kota nikel dunia dengan proyek-proyek baru yang berpotensi meningkatkan pangsa pasar bahan baku baja tahan karat dan logam baterai menjadi 60% dari produksi global di akhir dekade ini.
Sebagian besar investasi yang direncanakan terkait dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang ingin memperkuat cengkeraman mereka dalam produksi baja tahan karat dan untuk memenuhi permintaan baterai yang berkembang pesat yang membutuhkan berbagai logam energi baru seperti nikel, litium, kobalt, dan tembaga.
Laju pertumbuhan di sektor nikel Indonesia dapat diukur dari perkiraan sebuah bank investasi bahwa negara ini dapat meningkatkan pangsa produksi nikel dunia dari 28% menjadi 60% dalam delapan tahun ke depan.
Macquarie, sebuah bank yang berbasis di Australia, menggambarkan rencana untuk nikel Indonesia sebagai sebuah banjir dengan serangkaian proyek “mega” yang sedang dibangun, diumumkan, atau dalam tahap perencanaan.
Usulan pengembangan terbaru, dari PT Huayou Nickel Cobalt (Indonesia), adalah untuk proyek di Teluk Weda di Kabupaten Halmahera, Maluku Utara, yang berencana menginvestasikan $2,08 miliar untuk proyek yang memproduksi 120.000 ton nikel per tahun, ditambah dengan 15.000 ton kobalt.
Masif dan Murah
Macquarie menggambarkan proyek ini, yang melibatkan sejumlah perusahaan Tiongkok, sebagai proyek yang masif dan sangat murah dalam hal pengeluaran modal.
“Database kami tentang proyek-proyek bertekanan tinggi, pelindian asam (nikel) untuk baterai di Indonesia saat ini berisi delapan proyek yang telah diumumkan dengan kapasitas gabungan hampir 450.000 ton nikel per tahun dan 50.000 ton kobalt,” ujar Macquarie.
Proyek-proyek baru ini merupakan tambahan dari proyek-proyek yang akan memperluas produksi bahan lain yang kaya akan nikel yang disebut nickel pig iron.
“Pada tahun 2028, kami memproyeksikan produksi (nikel) Indonesia akan melebihi total produksi dunia tahun 2020 sebesar 2,5 juta ton dan produksi Indonesia akan meningkat dari 28% dari produksi dunia menjadi hampir 60%,” kata Macquarie.
Kemenangan Besar Bagi Pemerintah Indonesia
Bagi Pemerintah Indonesia, meningkatnya jumlah nikel yang diproses dan sebagian diproses merupakan kemenangan yang signifikan yang dihasilkan dari memaksa perusahaan pertambangan untuk berhenti mengekspor bijih mentah dan berinvestasi dalam pengolahan yang memiliki nilai tambah.
Larangan ekspor bijih pada tahun 2014 dilonggarkan pada tahun 2017 dan diberlakukan kembali tahun lalu dalam sebuah proses yang telah berhasil mendorong investasi yang secara dramatis meningkatkan nilai ekspor nikel Indonesia.
Tesla, dan mobil listrik lainnya, memiliki selera yang sangat besar terhadap nikel. Foto oleh Sean Gallup/Getty Images)
GETTY IMAGES
“Meskipun volume nikel belum melampaui tingkat tertinggi pada tahun 2013, pendapatan ekspor sekarang lebih dari tiga kali lipat pendapatan tahun 2013 karena adanya peningkatan ekspor pada rantai nilai,” kata Macquarie.
Bank ini mengatakan bahwa kecepatan pembangunan kapasitas baru ini “mengejutkan”. Analisis terbaru menunjukkan kapasitas terpasang mencapai 1,788 juta ton nikel per tahun pada akhir tahun ini dibandingkan dengan total produksi tahun lalu sebesar 600.000 ton logam.
Namun, demam nikel di Indonesia bisa jadi merupakan hal yang dibutuhkan dunia karena pemerintah mendorong peralihan ke kendaraan listrik dengan baterai yang mengandung nikel.
“Apa yang tidak dapat kami tekankan lagi adalah bahwa dunia membutuhkan tingkat produksi (Indonesia) seperti ini,” ujar Bank Dunia.
Macquarie memperkirakan permintaan global untuk nikel pada tahun 2030 akan mencapai dua juta ton di atas permintaan tahun 2020 dengan lebih dari separuh peningkatan berasal dari sektor baterai.