Indonesia, Rumah bagi Tambang Emas Raksasa, Menginginkan Bank Emas Batangan Sendiri

Oleh Eko Listiyorini dan Grace Sihombing

– Pemerintah berencana untuk mulai mengoperasikan bank emas batangan pada tahun 2024
– Bank dapat mengurangi impor emas dan mengembangkan industri lokal

Indonesia, yang memiliki salah satu tambang emas terbesar di dunia, berencana untuk mendirikan sebuah bank emas batangan untuk memacu perdagangan logam mulia ini di dalam negeri.
Pemerintah sedang berkonsultasi dengan berbagai pihak termasuk bank sentral dan industri pertambangan, dengan rencana untuk mulai mengoperasikan bank tersebut pada tahun 2024, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan.
“Ekspor kita selama ini lebih banyak ke negara-negara transit karena mereka memiliki sistem perdagangan emas yang lebih baik, baik dalam bentuk bank emas atau bursa yang lebih baik daripada kita,” kata Lutfi dalam sebuah wawancara pada hari Senin. “Sebagai negara penghasil emas, mengapa kita harus menjualnya ke negara transit?”
Produsen Nikel Terbesar di Dunia Mencanangkan Ambisi Baterai End-to-End
Indonesia merupakan produsen emas terbesar di Asia Tenggara, dengan tambang Grasberg di Papua yang memiliki salah satu cadangan terbesar di dunia.
Dorongan untuk menciptakan bank emas batangan merupakan bagian dari upaya Indonesia yang kaya akan sumber daya alam untuk meningkatkan rantai nilai komoditas. Dorongan tersebut termasuk memaksa para penambang tembaga dan nikel untuk berinvestasi dalam pemurnian dalam negeri, yang memungkinkan negara ini untuk mendapatkan keuntungan dari produk bernilai lebih tinggi daripada hanya ekspor bahan mentah.
Bank bullion terlibat dalam aktivitas termasuk kliring, lindung nilai, perdagangan, dan penyimpanan emas dan logam mulia. Bank-bank global yang terlibat dalam perbankan bullion termasuk JPMorgan Chase & Co dan HSBC Holdings Plc, dengan sebagian besar menjadi anggota London Bullion Market Association.
Memiliki bank emas batangan di dalam negeri akan mengurangi kebutuhan untuk mengimpor produk emas setelah produk tersebut disertifikasi di luar negeri, membantu mengembangkan industri lokal dengan menyediakan peluang pembiayaan, dan memungkinkan bank sentral menggunakan instrumen emas untuk mengelola stabilitas, ujar Iskandar Simorangkir, deputi bidang koordinasi kebijakan makroekonomi dan keuangan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Indonesia saat ini mengekspor sebagian besar emasnya ke negara-negara seperti Singapura dan Australia, yang merupakan pusat-pusat perdagangan dan bukan konsumsi, kata Lutfi. Pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara pembeli emas, termasuk anggota Gulf Cooperation Council, untuk membuat kesepakatan perdagangan untuk bersaing dengan “negara-negara transit,” tambahnya.
– Dengan bantuan dari Ranjeetha Pakiam