PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sedang menjajaki pengembangan hilirisasi nikel, yaitu ke anoda dan katoda.
GM External Affairs PT Merdeka Battery Materials, Muhammad Toha, mengungkapkan saat ini pihaknya tengah menggandeng sejumlah mitra untuk membangun proyek anoda dan katoda di Indonesia.
“Namun rencana ini masih dalam tahap pembicaraan lebih lanjut, mudah-mudahan bisa melanjutkan proyek kami untuk memproduksi anoda dan katoda,” ujarnya dalam webinar Peluang Investasi Sektor Mineral Hilir, Senin (14/8).
Dengan begitu, ia berharap, ekosistem baterai mobil listrik yang dikembangkan di Indonesia dapat terwujud sepenuhnya.
Rencana MBMA mempertimbangkan konsumsi nikel untuk baterai kendaraan listrik yang akan meningkat secara signifikan pada tahun 2040.
Toha menyatakan bahwa saat ini sebagian besar produk nikel diserap untuk memproduksi baja tahan karat. Namun, di masa depan akan terjadi pergeseran yang signifikan karena penggunaan mobil listrik.
Pada tahun 2040 penggunaan baterai mobil listrik sangat signifikan dimana kontribusinya dapat mencapai 30% dari total penggunaan nikel dunia. Sementara itu, pada tahun 2020, penyerapan nikel dunia untuk industri baterai hanya akan mencapai 3%.
“Hal inilah yang menyebabkan kami begitu intens dan yakin bahwa industri nikel dengan teknologi HPAL akan sangat menarik di masa depan. Keberadaan mobil listrik akan mendorong MBM menjadi salah satu pemasok bahan baku baterai mobil listrik di masa depan,” jelasnya.
Toha menyatakan, pembangunan smelter HPAL ini juga sejalan dengan jumlah cadangan bijih nikel MBMA yang masih melimpah.
Aset MBMA berlokasi strategis di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang merupakan sentra bahan baku baterai mobil listrik di Indonesia.
Di tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), sumber daya mineral di sana mencapai 1,1 miliar dmt yang mengandung 13,8 juta ton nikel (77% limonit) dan 1 juta ton kobalt.
Dengan komposisi dan cadangan yang besar ini, Toha menyatakan, MBMA sedang mengembangkan pabrik pengolahan terpadu yang akan mengolah cadangan bijih nikel dengan menggunakan teknologi Rottary Klin Electric Furnace (RKEF) dan HPAL.
Melansir materi presentasinya, MBMA saat ini sedang mengembangkan dua pabrik HPAL dengan kapasitas gabungan sebesar 240.000 ton per tahun di mana pabrik fase 1a akan memiliki kapasitas 60.000 ton per tahun.
Toha mengatakan, cadangan nikel MBMA yang sebagian besar berupa limonit atau berkadar rendah merupakan berkah tersendiri. Hal ini dikarenakan limonit ini akan berkontribusi banyak dalam pengembangan smelter HPAL di masa depan.
Selain mengembangkan HPAL, saat ini MBMA telah mengoperasikan dua pabrik RKEF. Pabrik RKEF ketiga telah menyelesaikan tahap uji coba dan memasuki tahap produksi.
Tidak hanya itu, MBMA juga sedang mengembangkan pabrik konversi di mana nickel pig iron (NPI) akan diproses atau diubah menjadi nickel matte. Tujuan dari konversi ini adalah untuk meningkatkan kandungan nikel NPI dari sebelumnya 10%-12% menjadi di atas 70%.
“Tentu saja ada peningkatan nilai tambah dengan mengubah BOP menjadi nikel matte,” jelasnya.
Sumber gambar: Dok/ PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)