Seorang peneliti energi dan ketua asosiasi batu bara memperkirakan bahwa ekspor batu bara Indonesia akan mulai menurun pada tahun 2030-an, sebagian besar karena pembeli terbesar komoditas ini, yaitu Tiongkok dan India, berencana untuk melakukan transisi besar-besaran ke energi yang lebih bersih.
Fabby Tumiwa, direktur eksekutif di lembaga nirlaba riset energi Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan dalam sebuah diskusi daring pada 26 Agustus bahwa rencana transisi energi yang baru saja diumumkan oleh kedua negara tersebut akan “secara jelas mengurangi impor batu bara dari Indonesia”.
Menurut Fabby, lebih dari 80 persen dari 625 juta ton rencana produksi batubara Indonesia akan dijual ke pasar luar negeri, terutama ke Cina dan India.
Ia menunjukkan bahwa Jepang dan Korea Selatan, pembeli utama batubara Indonesia, juga berada di jalur yang sama menuju energi terbarukan.