Argus Media telah melaporkan bahwa pangsa tenaga listrik tenaga batu bara dalam bauran energi di Indonesia meningkat menjadi 38% di tahun 2020 dari 37,1% di tahun sebelumnya, meskipun Indonesia menargetkan pengurangan tajam pada tahun 2025.
Pengekspor batu bara terbesar di dunia ini menargetkan untuk mengurangi porsi tenaga listrik tenaga batu bara dalam bauran energinya menjadi 30% pada tahun 2025, sembari memperluas sumber daya energi baru dan terbarukan.
Indonesia, negara dengan populasi terpadat di Asia Tenggara, menargetkan untuk meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan dalam bauran energinya hingga dua kali lipat menjadi 23% di tahun 2025, dari 11,2% di tahun sebelumnya, demikian disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam sebuah forum energi baru-baru ini. Porsi tenaga listrik berbasis gas alam dalam bauran energi diperkirakan mencapai 22% pada tahun 2025, naik dari sekitar 19% pada tahun 2020. Namun, pangsa tenaga listrik berbasis minyak diperkirakan mencapai 25% pada tahun 2025 dibandingkan dengan 31,6% pada tahun lalu.
Meskipun pangsa batubara dalam bauran bahan bakar negara ini diperkirakan akan menurun di masa depan, volume konsumsi aktual diperkirakan akan meningkat, demikian ungkap ESDM. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan di masa depan yang diperkirakan akan meningkat akibat elektrifikasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan strategi energi nasional yang sedang disusun oleh pemerintah, konsumsi batubara untuk pembangkit listrik diperkirakan akan mencapai 205,3 juta ton dan menyumbang 30% dari total bauran bahan bakar di Indonesia pada tahun 2025, demikian ungkap ESDM. Porsi ini diproyeksikan menurun menjadi 25,3% pada tahun 2050, meskipun volume aktual batubara yang dikonsumsi untuk pembangkit listrik diperkirakan akan meningkat menjadi 438,8 juta ton pada saat itu. Perusahaan listrik mengkonsumsi 105 juta ton batu bara pada tahun 2020, dengan porsi dalam bauran energi sebesar 38%. ESDM telah menyisihkan 113 juta ton batubara untuk sektor listrik tahun ini di bawah sistem domestic market obligation (DMO), yang mengharuskan para produsen untuk menjual sekian persen dari produksi mereka ke pasar domestik.
Alokasi yang lebih tinggi ini adalah untuk memenuhi perkiraan peningkatan permintaan listrik di negara ini seiring dengan berjalannya tahun dan pulihnya perekonomian, kata ESDM. Pembangkit listrik tenaga batu bara baru diperkirakan akan mulai beroperasi secara komersial tahun ini, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara Kalteng 1 berkapasitas 200 MW yang dioperasikan oleh Dian Swastatika Sentosa dan pembangkit listrik tenaga batu bara unit 1 berkapasitas 1.000 MW milik produsen batu bara Indonesia, Adaro Energy, di Batang.
ESDM telah meningkatkan target produksi batubara nasional untuk tahun ini sebesar 75 juta ton menjadi 625 juta ton di tengah ekspektasi permintaan yang kuat. Tambahan 75 juta ton akan dijual di pasar ekspor dan akan dibebaskan dari alokasi DMO produsen.