Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan hilirisasi industri nikel, bauksit, tembaga, emas, dan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan menjadi strategi utama perekonomian Indonesia ke depan.
Jokowi mengatakan bahwa hilirisasi industri nikel yang saat ini sedang dilakukan oleh Indonesia, dengan penghentian ekspor bijih nikel, telah menunjukkan hasil yang positif bagi perekonomian.
Ia mengatakan bahwa ekspor baja pada semester pertama tahun ini telah mencapai US$ 10,5 miliar atau sekitar Rp 152 triliun (menggunakan kurs Rp 14.500 per US$).
Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan dalam acara Sarasehan 100 Ekonom dengan tema Memperkuat Reformasi Struktural Fiskal dan Belanja Berkualitas di Tengah Pandemi yang digelar secara virtual oleh INDEF dan CNBC Indonesia.
“Di hilir, kita sudah mulai berhenti mengekspor bahan mentah nikel, maka semuanya harus ke hilir. Hasilnya sudah mulai kelihatan. Ekspor besi dan baja kita, dalam setengah tahun ini, sudah mencapai sekitar US$ 10,5 miliar,” kata Jokowi.
Karena industri nikel dinilai berhasil, menurutnya, hilirisasi juga akan dilakukan pada komoditas lain, seperti bauksit, emas, tembaga, hingga kelapa sawit.
“Oleh karena itu, tidak hanya nikel, ke depan kita juga akan mulai untuk bauksit, mulai dari emas, tembaga, hilirisasi kelapa sawit, sebanyak mungkin turunan dari bahan baku yang bisa menjadi barang setengah jadi, syukur-syukur bisa menjadi barang jadi,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa hilirisasi industri ini merupakan salah satu dari tiga strategi utama ekonomi Indonesia di masa depan. Dua strategi utama lainnya adalah digitalisasi UMKM dan ekonomi hijau.
“Ke depan, strategi besar ekonomi kita, strategi besar ekonomi negara, ada tiga hal yang ingin saya sampaikan, pertama hilirisasi industri, kedua digitalisasi UMKM, dan ketiga kita harus mulai masuk ke ekonomi hijau,” tutupnya.