Weiming Group dari Tiongkok, yang membuat peralatan untuk mengolah limbah padat, telah menandatangani kesepakatan untuk berinvestasi dalam proyek senilai $400 juta untuk memproduksi nikel matte di Indonesia, dan menjadi perusahaan Tiongkok terbaru yang masuk ke dalam rantai pasokan baterai di Asia Tenggara.
Weiming mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa proyek tersebut, yang akan bermitra dengan sebuah perusahaan bernama Indigo, akan menghasilkan 40.000 ton per tahun nikel matte, sebuah produk perantara yang dapat digunakan untuk membuat nikel kelas baterai untuk kendaraan listrik (EV) atau baja tahan karat.
Indonesia, yang melarang ekspor bijih nikel sejak awal tahun 2020 untuk meningkatkan industri pengolahan dalam negerinya, merupakan rumah bagi beberapa proyek yang didukung oleh Tiongkok yang dirancang untuk memproduksi bahan kimia nikel untuk baterai EV.
Weiming mengatakan bahwa kerja sama dengan Indigo, yang digambarkan sebagai perjanjian kerangka kerja, juga akan berfokus pada pengembangan teknologi pemanfaatan bijih nikel kadar rendah dan tailing. Tailing tambang adalah sisa-sisa bijih yang dihancurkan.
“Perusahaan ini berencana untuk meningkatkan investasi dalam rantai industri energi baru,” dan akan memanfaatkan pengalamannya dalam memproduksi peralatan ramah lingkungan, demikian pernyataannya yang dikeluarkan pada hari Rabu.
Weiming berbasis di Wenzhou di provinsi Zhejiang, Tiongkok, kota yang sama yang merupakan rumah bagi produsen nikel global terkemuka Tsingshan Holding Group.
Tsingshan memiliki beberapa proyek di Indonesia dan pada bulan Maret mengguncang pasar nikel dengan mengumumkan rencana untuk membuat matte dalam skala besar dan menjualnya ke perusahaan-perusahaan yang membuat bahan baterai.
Pada akhir Juni, Weiming menandatangani perjanjian kerja sama strategis yang luas dengan Tsingshan yang mencakup kerja sama di berbagai bidang, termasuk daur ulang limbah baterai dan pengolahan limbah tambang.
Tidak segera jelas apakah Indigo memiliki afiliasi dengan Tsingshan.